Pages

August 14, 2009

Nelayan Belawan belum “merdeka” dari Kemiskinan - Tangkapan Berkurang, Hutang Keliling Pinggang

Menggunakan gayung besar terbuat jerigen plastik yang dibelah, Ahmad  Zulfan mengeringkan air yang menggenangi perahunya. Kamis (13/8) siang itu, lelaki 45 tahun tersebut baru saja mendarat dari laut. "Tangkapan makin berkurang," keluhnya. Laut tidak selalu seindah dalam puisi. Begitu pula dengan nasib sekelompok  nelayan tradisional yang bermukim di kawasan padat pemukiman Gudang Arang Belawan. Ekonomi mereka yang bergantung pada laut, terombang ambing bagai perahu tanpa layar. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga  mereka terpaksa berhutang. Lho?

"Kemerdekaan yang saya rasakan sangat jauh, bahkan nasib kami masih terjajah oleh keberadaan kapal skala besar yang memasuki zona penangkapan ikan nelayan tradisional," terang Zulfan.

Ahmad Zulfan adalah nelayan jaring gembung  yang sehari-hari melaut dengan empat orang rekannya menggunakan perahu berukuran 25 kaki bermesin dompeng 16 bahan bakar minyak tanah. Sebagai nelayan kecil, Zulfan mengaku masih terjajah karena zona penangkapan ikan tradisional, diusik kehadiran sejumlah kapal trawl. Akibatnya, banyak terumbu karang yang menjadi tempat berkembang biak habitat laut hancur. Pendapatan nelayan trasidional pun semakin terpuruk. "Kini dalam sepekan hanya sekali mendapat ikan sebanyak 70 kg, setelah berbagi hasil anggota mendapat bagian Rp 50 ribu, sedangkan  pemilik kapal dapat dua bagian," terangnya.

Zulfan bagian dari ribuan nelayan tradisional yang ada di Belawan bertahan dengan kemiskinan. Hutang merupakan pukulan berat bagi Zulfan dan sejumlah nelayan yang menggantungkan hidup pada laut. Setiap hari Zulfan sedikitnya harus menyediakan uang Rp 150 ribu untuk biaya sekali melaut. Biaya bisa membengkak, jika terjadi kerusakan jaring antara Rp 750 ribu hingga Rp 1,5 juta. Biasanya Zulfan memohon pinjaman kepada pedagang yang membeli ikannya. "Itu pun pinjaman paling besar diberi Rp 1 juta, "sebutnya.

Data dari Badan Pusat Statistik Kota Medan menyebutkan, Kecamatan Medan Belawan merupakan kecamatan berpenduduk miskin terbanyak dari 21 kecamatan yang ada di Medan dengan penerima 9.955 Kartu Kompensasi BBM (KKB) pada tiga tahun terakhir. Keluarga miskin di Belawan  mayoritas  nelayan.

Menurut Ketua Syarikat Masyarakat Pesisir Kota Medan (Sampan) Ahmad Jafar mengatakan, ada mata rantai yang membuat nelayan terpuruk. Peran pemerintah untuk melindungi nelayan  kurang serius, meski amanah menyejahterakan masyarakat marginal sudah tertuang dalam undang-undang. “Nelayan penyumbang gizi, tetapi anak-anak mereka banyak yang kekurangan gizi karena tak mampu membeli susu,” katanya.

Secara terpisah Ketuan DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Medan Pendi Pohan menampik organisasinya tidak memberikan perhatian terhadap nelayan seperti nelayan skala kecil. Ada di antaranya sudah masuk menjadi peserta Jamsostek. "Jumlah  nelayan di kota Medan berkisar 18.000 sudah menjadi anggota jamsostek sebanyak  300 orang lebih" ujarnya.

Sumber:http://www.harian-global.com/

Share This!


No comments:

Popular Posts

Total Pageviews

Powered By Blogger · Designed By Blogger Templates