Pascakrisis keuangan global, ekspor kopi jenis Arabika dari Sumatera Utara ke Amerika Serikat masih belum pulih. Namun eksportir cukup tertolong dengan membaiknya harga seiring dengan rendahnya pasokan kopi Arabika ke pasar dunia.
"Amerika Serikat (AS) yang terkena dampak krisis keuangan global terparah merupakan pasar tradisional dari ekspor kopi Arabika asal Sumut. Ekspor ke AS masih belum 100 persen pulih sejak krisis. Padahal AS merupakan pasar tradisional ekspor kopi Arabika asal Sumut. Itulah mengapa kami terus mencari pangsa pasar baru untuk ekspor kopi Arabika di luar AS," ujar Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumut Suyanto Husein di Medan, Minggu (18/10).
Menurut Suyanto, AEKI masih belum bisa mencatat berapa total penurunan volume ekspor kopi Arabika Sumut ke AS pada tahun ini. Tetapi untuk tahun 2009 ini, diprediksi penurunan volume ekspor kopi Sumut secara total berkisar delapan hingga 15 persen dibanding tahun lalu. Tahun 2008, total volume ekspor kopi Sumut mencapai 54.576 ton dengan 47.348 ton di antaranya merupakan jenis Arabika. Sisanya berupa kopi Robusta dan kopi instan.
Dia mengungkapkan, eksportir kopi Sumut agak tertolong dengan membaiknya harga kopi Arabika di pasar internasional. Harga kopi Arabika untuk pengapalan bulan Desember, sudah mencapai 3,5 Dolar AS perkilogram. Sementara yang sudah dikapalkan sejak Januari harganya juga lumayan stabil, berkisar 3,2 dollar AS hingga 3,3 dollar AS perkilogram . "Kondisi ini terjadi karena tidak ada banyak pasokan," katanya.
AEKI Sumut lanjut Suyanto terus berusaha mencari pasar kopi Arabika di luar AS, yakni ke Jepang dan Eropa. Dia mengakui, memang perkembangan penetrasi pasar terhadap kopi Arabika di luar AS dan negara-negara maju agak lambat, mengingat harganya yang relatif lebih mahal dibanding kopi Robusta.
"Memang masih butuh edukasi lebih terutama ke pasar-pasar baru seperti Rusia. Pasar di sana sudah berusaha beralih ke Arabika. Tetapi ini pun masih terbatas ke negara-negara maju dengan tingkat ekonomi yang relatif mapan," katanya.
Di sisi lain, potensi produksi kopi Arabika di Sumut terus berkembang. Jika dulu kopi speciality (jenis khusus) Arabika hanya dikenal di daerah Mandailing dengan sebutan kopi Mandheling di pasar internasional, saat ini sebaran kopi jenis khusus Arabika Mandailing ini telah menyebar ke berbagai daerah di Sumut. "Apa yang dikenal dengan kopi lintong itu ya sebenarnya kopi mandailing. Termasuk kopi Siborongborong yang sekarang dipasok menjadi kopi speciality di gerai kopi Starbucks," ujar Suyanto.
Bahkan, jenis kopi Arabika yang diekspor dari Sumut juga datang dari dataran tinggi Gayo di Aceh. "Pasokan dari Aceh cukup besar," ujarnya.
Dia menuturkan, kondisi pasar kopi internasional tahun depan tak banyak berubah. Namun, jumlah pasokan kopi Arabika ke pasar dunia masih tetap diperkirakan terbatas mengingat siklus produksinya terpengaruh gejala El Nino. "Gejala El Nino yang terjadi tahun ini pasti mempengaruhi produksi kopi tahun depan yang hampir pasti turun. Kalausupply pasar masih terbatas, harga diperkirakan tetap tinggi," katanya.
Sumber:http://bisniskeuangan.kompas.com/
No comments:
Post a Comment