Waduk kecil Simandege berkapasitas 2.100 meter kubik air di Pangururan Samosir yang mulai berfungsi pertengahan 2009, sedikitnya menyelamatkan 40 hektar persawahan masyarakat dari kekeringan setiap musim kemarau. Waduk yang juga dikenal sebagai embung itu dibangun di Desa Pardomuan-1, di lokasi yang relatif tinggi (sekitar 80 meter di atas permukaan Danau Toba atau 985 meter di atas permukaan laut).
Sekitar 40 hektar persawahan milik 40 keluarga warga Pardomuan-1, yang berada di bawahnya akan terairi melalui dua cara, yakni pengairan melalui jaringan tersier, serta peresapan air dari dasar waduk yang tidak diperkeras dengan semen. Di bagian atas waduk masih terdapat areal persawahan cukup luas dan air waduk dapat dialirkan melalui bantuan pompa. Sumber air waduk sepenuhnya dari air hujan dengan curah tahunan yang cukup tinggi, melampaui 1.000 milimeter.
“Pembangunan embung ini dibiayai dana CD TobaPulp dan kehadirannya sangat ditunggu masyarakat petani,” kata Ir Patar Sitorus, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir, yang bertindak sebagai Koordinator Program CD (community development) TobaPulp untuk Samosir, Kamis (13/8).
Waduk Simandege senilai Rp180 juta hanya satu dari lima program CD TobaPulp 2006 di Samosir senilai Rp771,3 juta, meliputi waduk, bantuan 344 ekor bibit ternak babi, sambungan pipa air minum, pengadaan sarana air minum serta bantuan peralatan pertanian.
Pembangunan waduk dipilih menjadi salah satu cara mengatasi kekeringan lahan pertanian terasering penduduk pada setiap musim kemarau. Menurut Sitorus, air hujan di lahan pertanian teras Samosir hanya dapat bertahan tiga hari karena langsung “meluncur” ke danau.
Waduk Simandege dibangun dengan konstruksi semen (concrete) dengan membiarkan bagian bawahnya tetap beralas tanah. Pembangunannya rampung Mei 2009 dan dewasa ini sudah mulai terisi air. Air hujan dan juga air yang mengalir dari bagian puncak bukit yang masih berhutan mengisi waduk. ”Tujuan utama pembangunan waduk ini untuk menahan air hujan. Pemanfaatannya secara efisien dirembukkan oleh petani,” papar Patar Sitorus.
Ia berharap waduk ini dapat dijadikan model untuk pertanian terasering. Apalagi, tanah pertanian Pardomuan-1 dan juga seluruh bumi Samosir umumnya subur dan menghasilkan beras, palawija (jagung, kacang tanah dan ubi kayu) dengan pemasarannya kota turis Parapat.
Sumber:http://www.harian-global.com/
No comments:
Post a Comment