Kenaikan ekspor minyak nabati yang sebagian besar didominasi CPO berhasil meningkatkan devisa Sumut pada Maret 2009 sebesar 77,02 persen dibandingkan Februari atau mencapai 643,26 juta dolar AS.
“Meski secara total nilai ekspor Sumut pada triwulan I 2009 masih lebih rendah 41,41 persen dibanding periode sama tahun lalu, tapi kenaikan ekspor pada Maret cukup menggembirakan,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Sumut, Alimuddin Sidabalok, di Medan, Minggu.
Menurut dia, sejak krisis global yang berlangsung mulai Oktober 2008, kenaikan ekspor CPO dan minyak nabati lainnya baru terjadi pada Maret 2009.
Pada Januari-Maret 2009 nilai ekspor minyak nabati Sumut tercatat sebesar 1,42 miliar dolar AS, dibandingkan pada triwulan I 2008 yang mencapai 2,42 miliar dolar AS.
Menurut dia, kenaikan devisa pada Maret selain dipicu ekspor lemak dan minyak hewan/nabati, juga didorong oleh produk aluminium serta ikan dan udang. “Ekspor lemak dan minyak hewani/nabati naik cukup tajam atau mencapai 231,90 persen,” katanya.
Eksekutif PT Asian Agri, Laksamana Adiyaksa, mengakui harga ekspor CPO pada Maret hingga April 2009 menunjukkan tren menaik. Namun demikian permintaan belum normal sehingga pengusaha masih berhati-hati.
“Kenaikan harga yang belum diikuti peningkatan volume ekspor mengindikasikan kenaikan bukan dipicu faktor fundamental,” kata Bendahara Gabungan Pengusah Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut itu. Kenaikan harga CPO antara lain dipicu kenaikan harga minyak kedelai termasuk perubahan harga minyak mentah.
“Harga CPO memang diperkirakan masih bertahan menguat, tapi diduga kuat tidak mencapai angka tahun lalu. Harga paling tinggi tahun ini diperkirakan hanya 800-an dolar AS per metrik ton dari dewasa ini yang berkisar 750 dolar AS setelah sempat menembus 780 dolar AS pada tanggal 24 April,” katanya.
May 07, 2009
CPO Dorong Kenaikan Devisa Sumut
Share This!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment