Pages

July 12, 2008

India Alihkan Pelabuhan, Ekspor Sumut Melambat

Berdasarkan data Surat Keterangan Asal (SKA) yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut (Disperindagsu), ekspor biji pinang asala Sumut pada bulan Juni 2008 mencapai US$ 4,64 juta. Atau mengalami penurunan sebesar 17,95% dibandingkan pada bulan yang sama di tahun 2007 senilai US$ 5,66 juta. Penurunan ini disebabkan, India mengalihkan pelabuhan masuk biji pinang ke Bangalore.

"Sebelumnya, biji pinang yang masuk ke India itu melalui pelabuhan yang ada di Kalkuta dan Mumbai. Dengan alasan melakukan pemeriksaan yang lebih cermat, dialihkan ke Bangalore. Dikarenakan fasilitas yang masih minim, produk ekspor ke sana sering mengalami keterlambatan," kata Kasie Ekspor Hasil Pertanian Subdis Perdagangan Luar Negri (PLN) Disperindagsu Fitri Kurnia, di kantornya, Kamis (10 Juli).

Dikatakannya, kebijakan yang dilakukan India memang efektif, mengingat pelabuhan Bangalore relatif sepi dan aktifitas pelayaran yang tidak begitu sibuk. Namun di sisi lain, hal ini justru merugikan eksportir biji pinang, khususnya dari Sumut yang 70% ekspornya ke India.

"Akibat keterlambatan, biaya parkir kontainer (demurrage) yang dibayarkan eksportir membengkak. Soalnya, importir di negara tersebut tidak mau membayarkan biaya tersebut. Hal ini dirasa memberatkan bagi eksportir, sehingga mereka mengurangi volume ekspornya," kata Fitra, seraya menambahkan biaya tersebut sekitar US$ 159/hari untuk setiap kontainer.

Meski mengalami penurunan, lanjut Fitra, India masih menjadi negara tujuan ekspor Sumut terbesar, yang kemudian diikuti Malaysia, Pakistan, dan China. Hal ini disebabkan, mengkonsumsi biji pinang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat India. Dirincinya, volume ekspor biji pinang Sumut sebanyak 7.486,42 ton. Atau turun sebesar 31,8% dibandingkan Juni 2007 sebanyak 10.980,92 ton.

Selain itu, lanjut Fitra, dari pengakuan beberapa eksportir biji pinang di Sumut mengkhawtirkan rencana pemerintah yang akan menaikkan bea masuk (BM) biji pinang ke India menjadi sekitar 45%. Padahal sebelumnya hanya 25%. Hal ini pula yang menyebabkan para eksportir berencana mengalihkan ekspor biji pinang ke negara lain.

"Kalau masalah ini, sebenarnya masih dalam pembahasan. Dan ini merupakan konsekuensi dari ASEAN-India Free Trade Area, yang mana Indonesia ikut di dalamnya. Peningkatan BM ini merupakan konsekuensi penurunan BM CPO asal Indonesia ke India," jelasnya.

Sumber : Medan Bisnis, Jumat, 11 Juli 2008

Share This!


No comments:

Popular Posts

Total Pageviews

Powered By Blogger · Designed By Blogger Templates