Duta Besar Indonesia untuk Uzbekistan M Sjahril Sabarudin mengatakan Uzbekistan menjajaki kemungkinan untuk meningkatkan perdagangan untuk komoditas asal Sumut. Sejauh ini, nilai ekspor Sumut ke Uzbekistan, menurut catatan KBRI, mencapai US$ 300.000. Jumlahnya diprediksi akan meningkat jika perdagangan tanpa pihak ketiga bisa dilangsungkan. Produksi yang dipasarkan antara lain CPO, karet, the, coklat, termasuk pariwisata. Dan Sumut sendiri mengimpor dari Uzbekistan, dimana 90% di antaranya merupakan produk cotton.
Sjahril juga mengatakan, trade agreement akan memudahkan produk Indonesia ke Uzbekistan. Sebab selama ini, produk Indonesia yang masuk ke sana masih melalui pihak ke tiga, seperti Malaysia, Singapuran dan Hongkong.
Selain itu, trade agreement akan mengurangi biaya bea masuk. Dengan begitu peluang produk Indonesia berkompetisi di pasar Uzbekistan semakin terbuka. Sebagaimana diketahui, Uzbekistan merupakan salah satui pasar di Asia Tengah yang seang pesat perkembangannya. Uzebekistan juga merupakan “hub” yang dapat dijadikan pintu masuk produk-produk ekspor Indonesia ke negara Asia Tengah lainnya, seperti Tazikistan, Turkmenistan, Azerbaizan, Kazakstan, dan Kirzistan.
Produk Indonesia yang selama ini masuk ke pasara Uzbekistan, antara lain furnitur, CPO, karet (ban), kertas, coklat, minyak goreng, dan tekstil. Sementara Indonesia mengimpor kapas, minyak, dan gas, dan juga masuk melalui pihak ketida. Sementara untuk investasi, Indonesia bergerak di bidang pembangunan hotel, sektor telekomunikasi. Saat ini, Indonesia sedang menjajaki investasi di sektor gas.
Nilai perdagangan Indonesia ke Uzbekistan mencapai US$ 24 juta hingga November 2007. Jumlah ekspor tercatat US$ 1,5 juta, dan lebih kecil dari impor sebanyak US$ 22,5 juta. Sementara tahun 2006, nilai perdagangan tercatat sejumlah US$ 10.257.300 dan menunjukkan angka minus bagi Indonesia sejumlah US$ 8.175.599 dengan nilai ekspor US$ 1.181.100 dan nilai impor US$ 9.356.600
No comments:
Post a Comment