Pages

October 26, 2010

Perubahan Iklim Turunkan Produksi Sawit


Cuaca buruk, curah hujan yang tak menentu mempengaruhi produktivitas sawit. Hal itu diungkapkan Asmar Arsyad, Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo). "Saat ini cuaca ekstrem, dengan curah hujan yang tidak beraturan membuat produktivitas sawit turun hingga 20 persen," katanya, Minggu (25/10).
Menurutnya, turunnya produktivitas, tidak serta merta membuat kualitas juga ikut turun secara drastis. "Kalau kualitas, tidak terlalu berpengaruh. Pengaruhnya tetap ada, tapi sedikit saja terjadi penurunan kualitas," katanya. Namun, turunnya produktivitas itu, menurut  Arsyad tidak terlalu memperngaruhi sirkulasi pasar dan persediaan. Pemberian pupuk dinilainya efektif diberikan saat curah hujan tidak terlalu banyak. Sehingga penyerapan lebih optimal.
"Kalau pemberian pupuk dilakukan saat sekarang ini, kurang optimal," katanya.
Hal senada disampaikan Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Laksamana Adiaksa. Manun Laksamana belum bisa menyebutkan berapa jumlahnya. "Belum melalui proses tabulasi jadi datanya belum fix," ujarnya.
Menurut Laksamana, penurunan produksi sawit terjadi pada bulan September, sedangkan produksi sawit pada bulan Juni, Juli dan Agustus secara umum berada pada musim puncak.  "Data belum fix, tapi tiap perusahaan berbeda, ada yang lima persen, ada yang enam persen," ujarnya.
Penurunan ini selain karena faktor iklim yang ekstrim bisa juga disebabkan faktor lain. "Masing-masing perusahaan harus melakukan riset untuk mencari penyebabnya," ujarnya.  Sekarang ini produksi sawit di Sumut diperkirakan mencapai 4 juta ton per tahunnya, dengan luas lahan sebesar 1,2 hektar sedangkan harga TBS (Tandan Buah Sawit) berada pada kisaran harga Rp 1.650.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Joefly Bahroeny mengatakan, produksi minyak sawit tahun 2010 diperkirakan naik mencapai angka 22 juta ton dari angka 21 juta ton di 2009.  Padahal, sebelumnya diprediksikan produksi juga akan turun karena perubahan iklim. Namun, lanjutnya, perkiraan kenaikan produksi ini disebabkan karena besarnya produksi lahan yang sebelumnya dalam status tanaman belum menghasilkan (TBM) menjadi tanaman menghasilkan (TM).
Joefly juga mengatakan pada tahun ini terdapat penambahan jumlah lahan. Namun, dia enggan mengungkapkan angka pertambahannya.  "Tapi kan lahan TM ini akan masuk masa stop kan. Jadi harus dicari lagi. Walaupun mendapat tekanan dan hambatan dalam perdagangan terutama ke Uni Eropa, produksi dan ekspor minyak sawit tahun ini diperkirakan melampaui tahun lalu," katanya dalam acara Semarak 100 Tahun Kelapa Sawit Komersial di Indonesia di Hotel Borobudur, akhir pekan lalu.  Joefly mengatakan, dari perkiraan produksi itu, sekitar 16 juta ton akan diekspor negara lain. Indonesia memang sudah tercatat sebagai penghasil minyak sawit terbesar di dunia. "Bahkan, kalau digabung dengan Malaysia, Indonesia dan Malaysia menguasai 80 persen perdagangan minyak sawit di dunia," tambahnya.
Saat ini, Joefly mengatakan, luas areal kebun sawit di Indonesia sudah mencapai 8 juta hektar. Produksi minyak sawit saat ini menyumbang sekitar 15,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 150 triliun atau 15 persen dari penerimaan negara pada 2008.
Sumber:tribun-medan.com

Share This!


No comments:

Popular Posts

Total Pageviews

Powered By Blogger · Designed By Blogger Templates