Pages

December 08, 2009

Aceh Siapkan Ekspor Perdana Kakao

Para petani dan perdagangan perkebunan kakao merencanakan akan melakukan ekspor perdana kakao ke Malaysia pada 9 Desember 2009. Ekspor perdana ini akan dilakukan melalui Pelabuhan Krueng Geukueh, Kabupaten Aceh Utara.

Hamzah Abdullah, Ketua Forum Kakao Aceh, yang dihubungi dari Banda Aceh awal pekan ini, mengatakan, ekspor perdana ini masih dalam tahap coba-coba, mengingat produksi kakao yang masih belum stabil. ”Kakao yang rencananya diekspor masih dalam bentuk biji mentah. Belum diolah di sini,” katanya.

Hamzah mengatakan, ekspor perdana ini baru bisa dilakukan setelah pemerintah memutuskan membuka kembali Pelabuhan Krueng Geukueh sebagai pelabuhan ekspor untuk wilayah Asia Tenggara dan sekitarnya. Meskipun belum banyak kapal yang singgah di pelabuhan ini, para pengusaha berharap adanya konsistensi perusahaan pelayaran untuk tetap singgah dan mengangkut barang-barang ekspor dari wilayah pantai timur Aceh.

Sebuah perusahaan Malaysia, MCL Logistics (M) SDN BHD, akan membuka pelayaran langsung ke Krueng Geukueh yang akan dimulai pada 10 Desember 2009. Kapal khusus peti kemas yang berbobot mati 1.588 ton tersebut dijadwalkan akan melayani pelayaran Penang-Krueng Geukueh empat kali dalam sebulan.

Ongkos

Ekspor dari Krueng Geukueh masih baru sehingga komoditas yang akan dibawa belum maksimal. Akibatnya, perusahaan kapal akan menetapkan ongkos lebih tinggi. Kapasitas kapal MCL Logistics mencapai 140 peti kemas (ukuran 20 kaki), tetapi karena masih perdana hanya ada 40 unit sehingga agar tidak rugi, pihak kapal akan menetapkan biaya yang lebih tinggi.

Lebih lanjut, dia mengatakan, ekspor kakao perdana tersebut masih dalam bentuk mentah karena para petani belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai nilai tambah produk kakao pascapanen. Dengan kadar air sekitar empat persen, dirinya berharap kakao Aceh bisa diterima dan dikenal di pasaran internasional.

Dalam pertemuan Forum Bisnis Aceh II yang digagas International Finance Corporation, beberapa permasalahan utama dalam produksi kakao di antaranya masih sangat rendahnya pengetahuan petani tentang teknik manajemen hama dan penyakit.

Di samping itu, para petani kakao di Aceh masih sangat sulit menerapkan praktik pertanian perkebunan yang baik. Ketidakmampuan para petani mengelola dengan benar hama kakao di Aceh menjadi risiko terbesar industri ini di kemudian hari.

Penyuluhan

Ketua Kelompok Kerja Agrobisnis Forum Bisnis Aceh Salahuddin AL Fata, dalam rekomendasi kelompok kerja tersebut, menyatakan, pemerintah diminta meningkatkan penyuluhan dan pembibitan serta membantu tersedianya alat mekanisasi pertanian, terutama untuk meningkatkan produksi pascapanen. Selama ini penyuluhan dikeluhkan banyak petani. Pascareformasi, penyuluhan kurang banyak dilakukan. Tenaga penyuluh juga dirasakan masih kurang baik untuk perkebunan, tanaman pangan, dan peternakan.

Sumber: kompas.com

Share This!


No comments:

Popular Posts

Total Pageviews

Powered By Blogger · Designed By Blogger Templates