Pages

July 23, 2009

Harga Ekspor Karet Merangkak Naik

Harga ekspor karet mulai merangkak naik hingga menyentuh US$ 165,5 per metrik ton pada penutupan transaksi tanggal 20 Juli. Sebelumnya, harga ekspor karet jenis Sir20 masih di posisi US$ 151,50 per metrik ton pada tanggal 8 Juli. Penguatan komoditi ini picu pengetatan pasokan, karena sejumlah daerah sentra produksi masih belum mengakhiri musim gugur daun.

Data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut mencatat, pergerakan harga mulai terlihat sejak tanggal 9 Juli yakni di US$ 152,5 metrik ton dan pada 15 Juli kembali terdongkrak naik di posisi US$ 155,8 per metrik ton. Kenaikan cukup signifikan kembali terjadi pada 17 Juli hingga mencapai US$ 162,5 per metrik ton.

Ketua Umum Gapkindo Daud Husni Bastari mengakui terjadinya penguatan ekspor karet hampir selama tiga pekan terakhir. Selain pengaruh musim gugur daun, tiga negara produsen karet dunia meliputi Indonesia, Malaysia dan Thailand masih tetap menjalankan kesepakatan pengurangan kuota ekspor.

"Tiga produsen masih menyepakati pelaksanaan hasil pertemuan di Bangkok di mana masing-masing negara membatasi volume ekspor untuk menjaga harga," ucap Daud, Selasa (21/7), ketika dihubungi di Jakarta.

Daud menjelaskan, pengurangan suplai karet diharapkan bakal mengangkat harga komoditi itu. Asosiasi, lanjut dia, sudah meminta kepada eksportir untuk menahan penjualan menyusul terjadinya penumpukan stok di gudang supaya harga tetap terjaga.

"Jangan dilepas secara jor-joran. 'Kan sayang melihat posisi harga sudah mulai bagus. Karena kita malah perkirakan (harga-red) akan semakin membaik," tukas Daud.

Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Eddy Irwansyah menambahkan, membaiknya harga ekspor berdampak pada naiknya bahan olah karet kering (bokar) di pabrik menjadi Rp 13.500 per kilo dari sebelumnya di posisi Rp 13.000 per kilo.

Kepatuhan tiga negara penghasil karet alam dunia tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) menyepakati AETS bertujuan kembali mendongkrak harga komoditi yang sempat turun pada penghujung tahun 2008 hingga US$ 1,02 per kilo jenis SIR20 itu. Namun setelah sidang ITRC digelar tanggal 12 Desember 2009, harga karet sedikit bergerak naik kendati sempat stagnan di posisi US$ 1,2 per kilo.

Secara total, ITRC menyepakati pengurangan ekspor karet alam dari tiga negara itu pada 2009 sebesar 915 ribu ton atau sekitar 16 persen dari volume ekspor tahun ini. Kalau Indonesia sebanyak 116 ribu ton, maka Malaysia sejumlah 22 ribu ton dan terbesar dari Thailand yakni 132 ribu ton. Ini tak lepas dari prediksi penurunan komsumsi karet alam dunia tahun 2009 yang turun 10 persen dari 10 juta ton menjadi 9 juta ton.

Sumber: http://www.harian-global.com

Share This!


No comments:

Popular Posts

Total Pageviews

Powered By Blogger · Designed By Blogger Templates