Pages

October 29, 2008

Pabrik Sawit di Riau akan Hentikan Produksi

Coat of Arms of Indonesian city of Pekanbaru.

Sebanyak 132 pabrik kelapa sawit (PKS) di Propinsi Riau berencana menghentikan produksi minyak sawit mentah-(crude palm oil/CPO) nya, akibat tangki penimbunan sudah penuh. Selain itu, penghentian produksi yang direncanakan pekan depan ini juga akibat terhentinya permintaan ekspor untuk sementara waktu akibat lesunya pasar komoditas tersebut.

Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Riau, Selasa (28/10), tangki penampungan CPO di Dumai yang berkapasitas 220.000 metrik ton kini sudah terisi lebih dari 80% karena belum terjual. Banyak kontrak ekspor dari Riau ke negara tujuan utama seperti China dan India terpaksa ditunda oleh pembeli, yang menjadi salah satu penyebab harga CPO di pasar komoditas dunia terus merosot.

Kepala Perwakilan PT Sumber Sari Sejahtera, Makmur, kepada Antara di Pekanbaru, mengatakan bahwa pabrik kelapa sawit yang berlokasi di Kabupaten Indragiri Hulu itu sudah kelebihan kapasitas produksi yang mengakibatkan tangki penimbunan berkapasitas 4.000 ton sudah mulai penuh.

Padahal, setiap harinya pabrik tersebut bisa mengolah 800 ton tandan buah segar (TBS) yang bisa menghasilkan sekitar 175 ton CPO per hari. “Kondisi sudah makin payah, padahal sebelumnya produksi CPO tiap hari selalu habis terjual. Kemungkinan dengan kondisi tangki penimbunan yang penuh tanpa ada pembeli, diperkirakan satu minggu lagi pabrik akan berhenti produksi,” kata Makmur.

Ia menambahkan, PKS tidak akan mungkin terus berproduksi selama stok CPO melimpah dan berarti pihak perusahaan untuk sementara juga bakal menghentikan membeli sawit milik petani. Hal tersebut terpaksa dilakukan untuk meminimalisir kerugian perusahaan karena harga CPO terus turun, sedangkan stok lama yang diproduksi menggunakan harga sebelum terjadi penurunan belum juga terjual.

Kasubdin Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Riau, Ferry HC Ernaputra, mengatakan bahwa selama tiga minggu terakhir tidak terjadi pengiriman ekspor CPO melalui pelabuhan Dumai karena tidak ada pembeli. Pasalnya, para eksportir dari China melakukan “rescheduling” kontrak pembelian CPO sedangkan eksportir dari India bakal melakukan pemangkasan jumlah pembelian melalui restrukturisasi kontrak.

Hal tersebut, lanjutnya, turut berimbas pada kondisi penjualan CPO di 132 pabrik pengolahan sawit di Riau sehingga stok di tangki penimbunan melimpah. Selain itu, menurunnya jumlah permintaan ekspor turut memicu harga sawit dan turunannya makin merosot. Berdasarkan rapat penentuan harga komoditas sawit di Dinas Perkebunan Riau di Pekanbaru, Selasa, harga tandan buah segar (TBS) sawit usia pohon 10 tahun ke atas turun menjadi Rp 766,88 per kg dari sebelumnya Rp 823,33 per kg.

Sedangkan harga CPO juga terus menurun dari awal bulan Oktober yang semula sempat mencapai Rp 5.019,26 per kg kini anjlok hingga Rp 3.811,07 per kg.

Mengadu ke Wapres

Ferry menambahkan, Gubernur Riau Wan Abu Bakar direncanakan untuk melaporkan kondisi keterpurukan harga sawit di Riau kepada pemerintah pusat di Jakarta, besok, (Rabu, 29/10).

Menurut dia, Gubernur akan bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto untuk mengupayakan pemerintah pusat turun tangan menyikapi persoalan sawit daerah. “Gubernur akan mencoba meminta pemerintah pusat membeli CPO Riau yang menumpuk untuk produksi biofuel di pabrik milik Pertamina,” katanya.

Menurut dia, pemerintah pusat harus turun tangan menyikapi masalah tersebut karena produksi CPO Riau yang mencapai sekitar 4 juta metrik ton per tahun merupakan komoditas berorientasi ekspor, sedangkan industri hilir sawit di daerah belum tergarap. (ant)

Share This!


No comments:

Popular Posts

Total Pageviews

Powered By Blogger · Designed By Blogger Templates